Spiritual News (Ahad, 05 Maret 2017 // 10:47 // Penulis : MM).
Lokasi
makam Syekh Maulana Ishaq ini berada di Jalan Maulana Ishaq, Desa Kemantren,
Kecamatan Paciran. Lokasinya tidak jauh dari makam Sunan Drajat, hanya sekitar
2 km sebelah Timur atau tak lebih dari 10 menit perjalanan dengan kendaraan
bermotor.
Menurut
dongeng yang diceritakan oleh H Askur, juru kunci makam, Syekh Maulana Ishaq
sampai di Pesisir Lamongan setelah diusir dari kerajaan Blambangan. Sebelumnya,
seperti cerita pada versi-versi lain, Syekh Maulana Ishaq menikah dengan anak
Raja Blambangan, Dewi Sekardadu, setelah berhasil menyembuhkan putri
kesayangan raja tersebut dari penyakit ganas yang diderita sekian lama.
Akhirnya
Syekh Maulana Ishaq pun menikah dengan Dewi Sekardadu seperti yang sudah
disayembarakan sang raja sebelumnya: bahwa jika yang dapat menyembuhkan adalah
seorang perempuan, maka akan dijadikan saudara Dewi Sekardadu. Sedangkan, jika
laki-laki akan dinikahkan dengan putri cantik tesebut. Satu permintaan lain
Syekh Maulana Ishaq, yang saat itu disanggupi oleh sang raja, selain hadiah
sayembara adalah agar ia diberikan kebebasan untuk siar agama Islam di wilayah
kekuasaan kerajaan Blambangan. Padahal, kerajaan Blambangan merupakan kerajaan
yang menganut ajaran Hindu.
Dua
tahun berselang, saat Dewi Sekardadu sedang hamil muda (mengandung Sunan Giri),
sang raja mulai gelisah. Ketidaksepahaman akan agama yang disiarkan menantunya,
membuat ia ingkar akan janji yang pernah ia sepakati dulu. Imbasnya, Syekh
Maulana Ishaq pun diusir dari kerajaan.
Sebelum
pergi, Syekh Maulana Ishaq berpesan kepada istrinya. Jika suatu saat Dewi Sekardadu
ingin menemuinya, agar berjalan menyusuri daerah pesisir pantai utara Pulau
Jawa. Sebab Syekh Maulana Ishaq akan melanjutkan siarnya di sekitar sana.
“Setelah
menempuh perjalanan jauh, Dewi Sekardadu akhirnya bertemu dengan suaminya di
desa ini,” tutur H Askur saat bercerita di makam Syekh Maulana Ishaq. Lanjut ia
bercerita, setelah kembali berpisah dengan istri untuk melanjutkan siar agama
ke daerah lain, Syekh Maulana Ishaq berpesan kepada dua muridnya. Jika suatu
saat ia meninggal dunia, agar dimakamkan di tempat yang sama saat bertemu
dengan Dewi Sekardadu dulu, yakni di desa yang saat ini bernama Desa Kemantren.
Selain makam Syekh Maulana Ishaq, di tempat yang sama secara berdampingan juga
terdapat makam dua murid ayah Sunan Giri tersebut.
Dekat
dengan laut
Tidak
ada peninggalan-peninggalan kuno pada makam yang dipugar tahun 2012 ini,
kecuali makam itu sendiri. Hal ini tentu berbeda dengan makam Sunan Drajad dan
makam Sunan Sendang Duwur yang identik dengan batu-batu dan kayu bernilai historis
yang tinggi. Bangunan utama makam Syekh Maulana Ishaq hanya berupa bangunan
persegi dengan tiang-tiang beton tanpa dinding di tiga sisinya dan beratap
genting, dengan alas karpet dan sajadah. Luas bangunan ini sekitar 100 m2.
Mirip seperti bangunan sebuah pendopo.
Makam
Syekh Maulana Ishaq sendiri ditutup dengan kelambu berwarna putih bersama makam
dua muridnya. Untuk dapat melihat lebih dekat tiga makam ini, Anda harus
menuruni beberapa anak tangga. Sebab makam-makam ini berada di tempat yang agak
menjorok ke bawah. Selain bangunan utama, di area makam juga terdapat sebuah
masjid, dan gedung Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) yang bangunannya masih belum
rampung.
Terlepas
dari dongeng yang ada, area sekitar makam juga memiliki pamandangan yang indah.
Terlebih di sebelah utara. Dari makam, Anda hanya perlu berjalan sekitar 100 m
melewati jalan yang terbuat dari batu kapur. Dari sana, jika melihat ke arah
utara, Anda akan berhadapan langsung dengan laut yang terbentang luas.
Sebenarnya dari makam pun laut sudah tampak jelas, sebab jaraknya memang cukup
dekat. Sementara jika Anda beralih pandang ke selatan, akan terlihat tiga
bangunan besar berdiri berdampingan (masjid, bangunan utama makam, dan gedung
TPQ) dengan latar belakang pegunungan di Desa Drajat.
Menengok
ke arah timur, Anda akan mendapati perahu-perahu para nelayan yang sedang
diparkir. Jika beruntung, Anda bisa juga melihat nelayan menaiki perahu-perahu
tersebut berangkat mencari ikan yang – mengutip sajak Zawawi Imron –
kepergiannya setiap kali meninggalkan debur gelombang di laut dada isterinya.
Jika Anda datang di waktu senja, matahari terbenam di balik rumah-rumah warga
yang terletak di pinggir pantai dengan latar depan perahu-perahu nelayan juga
sudah menunggu di arah barat. Tentu akan menambah suasana nyaman untuk melepas
rasa lelah, bukan?
Apabila
Anda ingin dapat suasana ramai di area makam ini, datanglah di akhir pekan –
Sabtu dan Minggu. “Di hari-hari masuk kerja, di sini (makam Syekh Maulana
Ishaq) relatif sepi. Pengunjung dari luar kota mungkin satu – dua orang saja,
sisanya penduduk sekitar,” terang H Askur.
Anda
bisa datang ke makam Syekh Maulana Ishaq di Lamongan ini dengan kendaraan umum
maupun pribadi. Jika dengan kendaraan pribadi, Anda bisa langsung membawanya
masuk ke area parkir. Namun untuk yang membawa mobil atau bus, perlu lebih
berhati-hati. Sebab jalan masuk ke makam tidak begitu lebar. Jaraknya kira-kira
6 km sebelah timur WBL. Jika sudah sampai di Desa Kemantren, ada papan
petunjuk di depan Jalan Maulana Ishaq, yang mengarahkan Anda ke makam.
Sementara jika naik
angkutan umum, Anda bisa minta turun langsung di Jalan Maulana Ishaq, Desa
Kemantren. Dari pertigaan desa tersebut, Anda tinggal berjalan 100 m ke arah
utara. Seperti di tempat makam di Lamongan lainnya,
Komentar
Posting Komentar