Spiritual News (Kamis,
09 Maret 2017 // 21:20 // Penulis : MM).
Keramat Makam Syekh Domba di
Klaten, Jateng
Makam Syekh Domba sampai sekarang
masih begitu dikeramatkan oleh banyak orang. Makam yang berada di pucuk bukit
Cakaran di Dukuh Cakaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, ini
tak jarang dikunjungi banyak orang untuk melakukan ritual dan ngalap berkah.
SEJARAH Syekh Domba tak bisa
dilepaskan dengan kisah perjalanan Sunan Pandanaran (Bupati Semarang I) yang
kini dimakamkan di atas bukit Jabalkat yang tak jauh dari keberadaan bukit
tempat Syekh Domba dimakamkan. Syekh Domba sampai dimakamkan di bukit Cakaran
diawali dari kisah sang bupati yang konon setelah bertaubat dan masuk Islam
setelah disadarkan oleh Sunan Kalijaga. Sebagai wujud kepatuhan dan mendalami
Islam, sang Bupati pun harus meninggalkan jabatan dan menuju Bayat, Klaten. Di
Bayat inilah sang bupati akhirnya mendapat sebutan Sunan Pandanaran.
Sebagaimana kisahnya, dalam
perjalanannya dari Semarang menuju Bayat, sang bupati yang disertai oleh
isterinya tiba-tiba dicegat perampok sewaktu sampai di daerah
Salatiga. Kedua perampok berhasil mengambil harta yang secara diam-diam
dibawa oleh oleh isteri sang bupati yang ditempatkan di teken gading yang
menyertai perjalanannya. Sementara Syekh Domba yang waktu itu bernama Ki
Sambang Dalan mendekati sang Bupati untuk meminta harta yang lebih
berharga. Karena sang Bupati tidak membawa harta dan Ki Sambang Dalan
terus memintanya, sang Bupati akhirnya mengeluarkan kutukan kepada Ki Sambang
Dalan. Perampok ini dikutuk wajahnya seperti kambing. Aneh bin ajaib, saat
itulah wajah Ki Sambang Dalan berubah wujud menjadi kambing dan akhirnya
bertaubat.
Ki Sambang Dalan yang akhirnya
ikut sang Bupati dan masuk Islam kemudian diberi nama Syekh Domba. Tak hanya
itu, sang Bupati yang kemudian berganti nama Sunan Pandanaran menjadikan Syekh
Domba sebagai abdi kinasih dibanding murid lainnya. Ia diberi tugas menyiapkan
air untuk wudlu dan lainnya serta azan di masjid yang dibangunnya. Karena
kesaktian Syekh Domba, saat azan suaranya sampai di Demak dan didengar para
wali. Selanjutnya, bukit tempat masjid itu dipotong oleh Sunan Kalijaga agar
suara azannya tak sampai Demak.
Untuk menuju lokasi makam Syekh
Domba memang cukup melelahkan. Lantaran untuk sampai di cungkup makam yang
berada di atas bukit Cakaran, pengunjung harus melewati jalan setapak dan
menanjak cukup tajam dengan jarak tempuh tak kurang 0,5 km. Meski kondisi jalan
demikian, namun kenyataannya tak menyurutkan niat banyak orang untuk berziarah
sekaligus tirakat di makam tersebut.
Mengapa makam Syekh Domba tidak
berdekatan dengan makam Sunan Pandanaran, tiada lain terkait dengan sabda Sunan
Pandanaran sendiri. Konon, Sunan Pandanaran telah menentukan makam untuk Syekh
Domba sesuai petunjuk dari burung Merak klangenan-nya. ”Saat itu burung merak
terbang ke sana ke mari dan akhirnya berhenti di atas bukit Cakaran. Anehnya,
burung Merak itu setelah kakinya mencakar-cakar tanah di atas bukit Cakaran
terus hilang. Nah tempat itu akhirnya dijadikan makam Syekh Domba,” tutur
Sugiman.
Juru kunci yang telah puluhan
tahun merawat makam Syekh Domba ini mengungkapkan, banyak orang yang datang di
makam Syekh Domba untuk melakukan ritual tertentu dan ngalap berkah. Seperti
dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur sampai luar Jawa. ”Banyak di antara mereka
yang terkabulkan keinginannya,” imbuhnya.
Dijelaskan pula, untuk menjalani
ritual atau laku spiritual tertentu di makam Syekh Domba harus dilandasi
beberapa persyaratan yang tak boleh ditinggalkan. Seperti harus percaya, sabar
dan tidak gampang marah, mau prihatin, mau berusaha serta setelah terkabulkan
keinginannya tak boleh berbuat neko-nekoseperti medok atau
mencari isteri lagi.
Komentar
Posting Komentar